(Oleh: Sofia Shaula HR)
Hutan mangrove ialah formasi dari tanaman yang spesifik, serta biasanya ditemukan berkembang serta tumbuh pada kawasan pesisir yang terlindung di wilayah tropika serta subtropika. Mangrove merupakan sesuatu komunitas tanaman ataupun sesuatu individu tipe tanaman yang membentuk komunitas di wilayah pasang surut, hutan mangrove ataupun kerap diucap hutan bakau merupakan sebagian wilayah ekosistem tepi laut yang memiliki kepribadian unik serta khas, serta mempunyai kemampuan kekayaan biologi. Ekosistem mangrove merupakan sesuatu sistem yang terdiri dari area biotik serta abiotik yang saling berhubungan di dalam sesuatu habitat mangrove. Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks serta dinamis, tetapi labil. Dikatakan kompleks sebab ekosistemnya dipadati oleh vegetasi mangrove serta merupakan habitat satwa serta bermacam biota perairan.
Sebagai daerah peralihan antara laut serta daratan, hutan mangrove memiliki gradien sifat lingkungan yang sangat ekstrim. Pasang surut air laut menimbulkan terbentuknya pergantian sebagian aspek area yang besar, terutama temperatur serta salinitas. Oleh sebab itu, hanya sebagian tipe tanaman yang mempunyai energi toleransi yang besar terhadap area yang ekstrim tersebut saja yang sanggup bertahan hidup serta tumbuh didalamnya. Meski habitat hutan mangrove bertabiat spesial, namun masing-masing tipe tanaman mempunyai kisaran ekologi tersendiri, sehingga keadaan ini menimbulkan terbentuknya berbagai macam komunitas serta apalagi permintakatan ataupun zonasi, sehingga kompetisi tipe berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain.
Ekosistem hutan mangrove menggambarkan terdapatnya ikatan yang erat antara sekumpulan vegetasi dengan geomorfologi, yang ditetapkan selaku habitat. Ekosistem mangrove ialah ekosistem peralihan antara darat serta laut yang diketahui mempunyai kedudukan serta guna sangat besar. Secara ekologis mangrove mempunyai guna yang sangat berarti dalam memainkan peranan selaku mata rantai makanan di sesuatu perairan, yang bisa menumpang kehidupan bermacam tipe ikan, udang serta moluska. Hutan mangrove tidak cuma memenuhi pangan untuk biota aquatik saja, akan tetapi juga bisa menghasilkan suasana iklim yang kondusif untuk kehidupan biota aquatik, dan mempunyai kontribusi terhadap penyeimbang siklus biologi di sesuatu perairan. Dilihat dari aspek fisik, hutan mangrove memiliki peranan selaku pelindung kawasan pesisir dari hempasan angin, arus serta ombak dari laut, dan berfungsi pula selaku benteng dari pengaruh banjir dari daratan.
Tipe perakaran beberapa jenis tanaman mangrove (pneumatophore) tersebut pula sanggup mengendapkan lumpur, sehingga membolehkan terbentuknya perluasan areal hutan mangrove. Disamping itu, perakaran jenis tanaman mangrove pula sanggup berfungsi selaku perangkap sedimen serta sekalian mengendapkan sedimen, yang berarti pula bisa melindungi ekosistem padang lamun serta terumbu karang dari bahaya pelumpuran.
Terkait dengan sifat fauna yang pada biasanya sangat dinamis, hingga batas zonasi yang terjalin pada fauna penunggu mangrove kurang begitu jelas. Penyebaran fauna penghuni hutan mangrove memperlihatkan dua metode, ialah penyebaran secara vertical serta secara horisontal. Penyebaran secara vertikal biasanya dilakukan oleh tipe fauna yang hidupnya melekat ataupun menempel pada, pangkal, cabang ataupun batang tumbuhan mangrove, misalnya tipe Liftorina scabra, Nerita albicilla, Menetaria annulus serta Melongena galeodes. Sebaliknya penyebaran secara horisontal umumnya ditemui pada tipe fauna yang hidup pada substrat, baik itu yang terkategori infauna, ialah fauna yang hidup dalam lubang ataupun dalam substrat, ataupun yang terkategori epifauna, ialah fauna yang hidup bebas di atas substrat. Distribusi fauna secara horisontal pada areal hutan mangrove yang sangat luas, umumnya memperlihatkan pola permintakatan jenis fauna yang dominan serta sejajar dengan garis tepi laut.
Secara ekologis, tipe moluska penghuni mangrove mempunyai peranan yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan mangrove, sebab disamping sebagai pemangsa detritus, moluska pula berfungsi dalam merobek ataupun memperkecil serasah yang baru jatuh. Fauna moluska yang hidup sebagai penghuni hutan mangrove di Indonesia biasanya didominasi oleh Gastropoda, yaitu sekitar 61 jenis, sebaliknya dari kelas Bivalvia hanya sekitar 9 jenis saja.
Sumber:
http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(4)13-23.pdf