Rabu, 16 Juni 2021

HASIL KARYA MAGRO ART

CINTA MENYELAMATKAN

Buah Pena: Ahda Pinan 

(Agroekoteknologi 2020)

 

 

Semesta dicipta untuk dicinta

Tumbuh dari benih lalu berbuah

Tergantung dan terkurung olehnya

Jangan dilenyapkan, hidupmu seakan di genggamannya

 

Tuhan tunjukan arah dan haluan

Bersihkan semua, bawa sikapmu kawan

Rawat mereka tanpa batas cakrawala

Teduh dirimu dalam dekapan semesta

 

Cintailah

Rawatlah

Jaga tiap benihnya

Hidupmu akan tenang

 

kau tidak bisa seenaknya dengan semesta

Makhluk hidup ragam jenisnya

Kita hanya salah satunya

Cintai lah, cinta tidak membunuhmu





BUI PERTIWI

Cipt. Farhan Pauzul Iqbal

(Agroekoteknologi 2020)

 

Tanahku percikan surga illahi 

Menjadi petani

Sungguh kebanggan tersendiri

 Hidup di bui pertiwi

 

Berfikir layaknya profesor

Bekerja jauh seperti kompresor

 Lahan-lahan tak dipedulikan

Gedung-gedung ditinggikan

 

Lelah menanti dormansi

Sabar menemani imbibisi

Gulma bersih harus terealisasi

 Panen datang pasti terjadi

 

Ikhtiar dan doa selalu dijunjung

Dengan harapan keadilan ada di penghujung 

Tikus datang

Beraspun menghilang

 

Petani jadi tanpa sarjana

Sarjana tak menjiwai petani

Jangan biarkan bata bertahta

Lebih subur dari padi membumi





PETANI

Cipt. Faiz Nugraha

(Agroekoteknologi 2020)

 

Tanpa petani kita tak bisa makan

Ohh petani

Tanpa adanya engkau kami tak bisa menikmati butiran nasi

Begitu banyak kaya akan manfaat

 

Sawah yang lebar

Sawah yang subur

Oh petani

Engkau memang pahlawan tanpa tandah jasa

 





KEKAYAAN YANG TERLUPAKAN

Karya : Azman

(Agroekoteknologi 2020)

 

Tanah ini adalah tanah perjuangan

Beribu pahlawan silih berganti berhilangan

Berjuang tanpa menghiraukan kesehatan yang sudah semakin kurang

Akan jadi apa kekayaan ini kelak ketika kalian hilang?

 

Aturan  yang semakin rakus merebut wadah kebahagiaan

Tak pernah sedikitpun meneropong ke lahan yang tidak lagi terlihat riang

Lihatlah suasana penuh duka menghadapi kebijakan yang menyakitkan

Kepada siapakah petani bisa  meminta bantuan?

 

Hasil panen yang sama sekali tidak pernah dipedulikan

Petani yang semakin kewalahan membangun negara makmur akan pertanian

Namun begitu kejam realita yang dipersembahkan

Apakah kekayaan ini sudah terlupakan?

 




TANAHKU MEREBAK RUMAH TUAN

Firda  Ramadini

Sri astria Amanda syifa

Di ujung penglihatan

Sawah-sawah terhampar

Diarahkannya pandangan

Yang masam itu pada padi yang selalu merunduk

 

Digenggaman tangan

Ladang- ladang tergelar  

Digenggamnya bibit bibit yang murka itu

Pada tanah yang kian tercemar

 

Tanah ku yang subur

Tanah ku yang lapang

Tanah ku yang makmur

Kini hanya tersisa beton dan bangunan-bangunan  tuan

 

Dalam hiruk pikuk suasana

Dalam panas sang surya

Peluh bercucuran

Sampai tak mampu lagi berandai-andai

 

Revolusi di korupsi

Korupsi sesuka hati

Tanah di gusuri

Hasil panen melimpah biar mimpi.

Revolusi tak boleh mati

Ladang dan kebun Harga mati

Biar tuan yang menggantung diri.





REALITA PANEN RAYA

Karya : Malika Mulyawati

(Agroekoteknologi 2021)

 

Hamparan hijau layaknya  lautan yang begitu luas

Begitu indah saat mata memandang

Padi yang meruduk seakan menunduk

Orang-orangan jadi senjatanya untuk mengusir burung si pemakan padi

 

Keringat bercucuran membasahi pipi sang petani

Kerja keras kerja ikhlas menghasilkan buah hasil

Suburnya tanah membuat negeri ini kaya akan tumbuhan

Tapi Realita tak sesuai ekspektasi penguasa

 

Agraris julukannya..

Impor pasokannya...

Kebahagiaan yang  terpancar saat panen raya, melihat berjuta ton beras yang dihasilkan

Justru menimbulkan kekecewaan terhadap sang Elit politik.

 

Pemikiran akan impor terbesit dan terlontar dari mulutnya, itu menyakitkan....

Kerja keras dibayar murah layaknya kerja paksa

Untuk cadangan asumsinya

Kerugian kenyataannya

 




KUOLAH DENGAN DOA

Karya : Naufal

(Agroekoteknologi 2019)

Miris,

Hatiku teriiris

Melihat pak tua yang menyemprotkan cairan pada padi itu

Rupanya itu cairan pembasmi tikus dan serangga

 

Dalam hati aku bertanya

Salah mereka apa?

Apa hanya karena mereka memakan sebagian tanaman padi itu?

Bukankah padi dan segala yang kita punya bukan sepenuhnya hak milik kita?

Apa yang burung burung itu makan jika para serangga di musnahkan?

Mereka pasti mati kelaparan

Jika burung dan tikus pun ikut musnah, bagaimana dengan nasib ular yang kebingungan mencari santapan di sawah itu?

Salahkah jika para ular mengembara ke pemukiman warga hanya untuk mencari mangsa?

 

Aku terdiam...

Ku berjalan menghampiri lahanku

Dihadapannya aku berdoa

Wahai para penghuni sawah, wereng, tikus, burung, ular dan lainnya

Jika memang kalian menginginkan padi itu silahkan nikmati seperlunya

Cukup sisakan untuk aku dan keluargaku

 

Mungkin doa itu terlalu naif diucapkan oleh seorang manusia

Tapi cukup bijaksana bagi keseimbangan semesta





PETANI PADI

Karya : Irma

(Agroekoteknologi 2020)

 

Kala mentari belum menampakkan cahaya.

Kau telah bersiap memulai harimu.

Dengan menyusuri jalan setapak,

Menuju tanah berkota,

Yang engkau jadikan tipuan dalam hidup.

 

Kau besarkan si Dewi Sri.

Lambang kesuburan dan kemakmuran.

Memupuknya sebuah harapan.

Dari sebuah butir biji kecil,

Hingga serumpun tanaman.

 

Siang, malam kau urusi, kau asuh dan besarkan.

Tanpa pikir akan lelah diri.

Tanpa hiraukan waktu yang terlakoni.

Tanpa peduli akan apa yang terjadi.

Karena, ada hasil yang tengah kau nanti.





SANUBARI PADI

Karya : Haeriyah

(Agroekoteknologi 2021)

 

Tanah yang terkadang menjadi alasan

Musim yang silih berganti

Cahaya mentari menjadi solusi

Bagaimana sang petani mendapat Rizki

 

Alam yang menentukan bagaimana

Dan Alam juga yang memberikan

Suasana yang serupa tak sama

Bagaikan sosok yang berirama

 

Embun pagi ini menyertai kembali

Dengan suasana Elok nan suci

 Bagai sang Pelangi menghiasi

Padi kini menjulai tinggi

 

Alam yang memberikan kehidupan

Senantiasa menjaga kelestarian

Bertani bukan hanya menumbuhkan

Tetapi juga menjaga kehidupan

 

 

 

 


PETANI

Karya : Vira Amelia Sandy

(Agroekoteknologi 2020)

 

Seragam kotor yang dipenuhi tanah dan lumpur

Tanda kami para petani siap bertempur

Teriknya matahari bukan alasan untuk kami mundur

Cacian dan makian pun tidak membuat hati kami hancur

 

Tak perlu kalian kasihani para petani

Kami bangga bisa menjadi bagian dari negeri ini

Padi dan sayur yang kami tanam dibumi pertiwi

Salah satu bukti kami bisa menghidupi negeri ini

 

Kehadirannya tak pernah di anggap ada

Tapi perjuangannya akan selalu ada

Direndahkan dan dipandang sebelah mata

Sebuah awal kisah untuk suatu saat bercerita

 

Tak perlu berdasi untuk sesuap nasi

Hanya malas dan serakah yang harus di eliminasi

Kami para petani mengucapkan terimakasih

Untuk kalian yang menghargai, bahwa peran terbesar ada ditangan petani

 

 

 


SELAMAT DATANG AGRO’21

Karya : Muhammad Teguh Arrosid

(Agroekoteknologi 2020)

 

Lelah memelihara

Lelah menjaga

Lelah mendapat tugas darinya

Lelah, sampai terpesona

 

Selamat

Dirimu sudah tamat

Dari jenjang SMA sederajat

Saatnya naik pangkat

 

Kini, dirimu ditanam di media yang baru

Media yang menyambut hangat dirimu

Tempat unsur makro dan mikro bertemu

Satu saat nanti titik temu akan menjamu

 

Tidak ada kuning tidak ada biru

Kuning dan biru itu satu padu

Di keluarga yang selalu dirindu

Di Himagron pasti selalu, ada keluarga yang satu.





ANGAN ANGIN

Karya : Neng Noviani

(Agroekoteknologi 2021)

 

Petani membiru tatkala para petinggi yang enggan melirik lumbung yang tengah dikikis rayap

Derap langkah yang diiringi riak angin

Angan - angan akan limpahan panen esok

 

Petani bercocok tanam dengan penuh gairah

Terik mentari tak mereka gubris

Disiram nya tanaman dengan peluh rasa harap

Lahan yang mereka aliri dengan air mata kesengsaraan

Kini cangkul yang mereka pikul terbujur kaku penuh karat kemiskinan disudut tanah pusaka yang kaya raya

 

Aduhai rakyat jelata

Jangan kalian pikir para petinggi yang kita pilih tak ikut andil mensejahterakan para petani

Mereka juga ikut andil dalam gaya berbusana petani tanah pusaka yang konon katanya kaya raya





SURGA PETANI

Karya : Nazwa Arfiani

(Agroekoteknologi 2020)

 

Bila musim hujan telah tiba

Airnya mengalir menuju sawah

Disanalah para petani bekerja

Mengolah ladang dan sawahnya

 

Angin bertiup menuju Samudera 

Sampai juga ke nusantara

Angin yang terus mengembara

Menuju negeri yang kaya raya

 

Embun pagi melambai-lambai

Menerpa pula pada daun-daun

Burung-burung berkicau ria

Seolah ingin menyambut sang surya

 

Alam Ini sungguh mempesona

Menyejukkan mata seolah terasa

Hutan, gunung, sawah dan lautan

Semua itu secuil tanah surga

 

 


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar