Selamat Hari Tani Nasional 2016

Hari Tani Nasional (24 September 2016)

LOKTIMAWIL 2

Perwakilan dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa mendapatkan juara 2 dalam Lomba Karya Tulis Wilayah 2 FKK HIMAGRI yang di laksanakan di Universitas Padjadjaran

Pemindahan Lahan Parkir UNTIRTA

Parkir kendaraan motor (Roda 2) dialihkan ke lahan parkir depan kampus UNTIRTA (Tidak dipungut biaya - GRATIS)

Sosialisasi SISTA

Sosialisasi SISTA (Sistem Informasi Skripsi dan Tugas Akhir) diadakan untuk seluruh KBM FAPERTA UNTIRTA pada tanggal 07 Maret 2016 hari Senin di Lab Agribisnis.

Selasa, 09 April 2019

Pertanian Aquaponik Modern

Pertanian Aquaponik Modern

Dengan simbiose aquakultur dan hidroponik para pakar pertanian Jerman berusaha memecahkan masalah krisis pangan dan kelangkaan air.



  Sektor pertanian kini menghadapi masalah pelik, gara-gara pertumbuhan penduduk dunia yang meningkat drastis. Di saat permintaan terus melonjak, lahan pertanian semakin menyempit. Ditambah lagi muncul masalah yang semakin serius, yakni kelangkaan air. Menyiasati situasi kritis seperti itu sebuah tim peneliti dari Institut Leibnitz di bidang Ekologi Perairan dan Perikanan Air Tawar –IGB di Berlin melakukan terobosan, dengan mengembangkan pertanian Aquaponik gaya baru.
   Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur. 
Di dalam sebuah rumah kaca di lokasi penelitian Berlin, terdapat kehidupan simbiosis yang cukup istimewa. Di sana terlihat sepuluh kolam penangkaran ikan yang terbuat dari kotak plastik berwarna hijau dalam dua lajur, yang dihubungkan dengan jaringan selang. Dipadu dengan jejeran pot-pot tanaman tomat berwarna perak. Dr.Bernhard Rennert yang merupakan pakar budidaya ikan air tawar dengan bersemangat memberi makan ikan-ikan di kolam penangkaran tsb. Rennert menyebut proyek kolam ikan itu sebagai Aquakultur yakni istilah dari akhir tahun 50-an yang populer di Jerman untuk menyebut budidaya ikan air tawar. Sementara tanaman tomat dibudidayakan dengan sistem hydroponik. Gabungannya disebuat Aquaponik.
    Jika tanaman memerlukan air dan pupuk, airnya diambil dari kolam aquakultur. Tanaman mendapat pupuk dari kotoran ikan, yang terutama mengandung nitrogen dan fosfor. Dengan makanan itu tanaman tumbuh dan memproduksi buah tomat. Akan tetapi sebelum air kolam yang mengandung pupuk bagi tanaman itu digunakan mengairi tanaman tomat, airnya terlebih dahulu dibersihkan dalam sebuah tong berwarna hitam. Tujuannya agar kotoran ikan yang mengandung amoniak mengalami oksidasi. Dengan bantuan oksigen dan bakteri, amoniak diubah menjadi nitrat. Dengan proses sederhana nitrifikasi itu dari air kolam yang mengandung kotoran ikan diproduksi pupuk super. Setelah dioksidasikan, barulah Nitrat dari limbah kolam ikan dijadikan pupuk tanaman tomat. Dosisnya dapat diatur dengan tepat menggunakan katup pengatur arus cairan pupuk.
     Hasil panen pertama ujicoba simbiose budidaya ikan dengan kebun tomat itu boleh disebutkan mencapai rekor baru, yakni sekitar 600 kilogram tomat dari rumah kaca yang tidak terlalu luas. Dan sekitar 150 kilogram ikan Tilapia dari kolam kotak-kotak plastik. Dengan bangga para peneliti akan memberikan oleh-oleh beberapa buah tomat ranum, kepada para tamu yang mengunjungi rumah kaca tempat ujicoba.



Sumber: www.dw.com