Minggu, 08 Agustus 2021

KUMIS KUCING

 Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) termasuk tanaman dari famili Lamiaceae/Labiatae. Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koceng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia.

Kumis kucing termasuk terna tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat agak beralur berbulu pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar atau lonjong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya, ukuran daun panjang 1 – 10 cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5 cm. urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29 cm. Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang dengan panjang 7–29 cm, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm. 2.3. gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm

Tanaman ini merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia yang mempunyai manfaat dan kegunaan yang cukup banyak dalam menanggulangi berbagai penyakit. Di Indonesia, tanaman kumis kucing dikenal sebagai tanaman obat keluarga. Daun Kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai menanggulangi berbagai penyakit, Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati reumatik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis., reumatik dan menurunkan kadar glukosa darah. Selain bersifat diuretik, kumis kucing juga digunakan sebagai antibakteri.

Daun tanaman kumis kucing diperkenalkan ke Eropa dan Jepang sebagai teh kesehatan yang biasanya dikenal dengan sebutan “Java Tea” (Ameer et al., 2012). Dokter praktik di daerah Jawa dan Bali sebagian besar menggunakan jamu sebagai pengobatan komplementer dan alternatif selain pengobatan konvensional. Tanaman kumis kucing merupakan salah satu dari bahan jamu yang banyak digunakan (Delima et al., 2012).

Salah satu upaya untuk meningkat potensi tanaman kumis kucing adalah melalui identifikasi koleksi contohnya situ kumis kucing yang tumbuh di berbagai kondisi agroekosistem. Sentra penanaman kumis kucing di Indonesia banyak terdapat di pulau Jawa. Daerah produksi kumis kucing di Indonesia adalah Jawa Barat (Bogor dan Sukabumi), Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Timur, dan Sulawesi Utara. Wahid (1998), Rahardjo dan Rosita (2003) menyatakan kondisi agroekosistem mempengaruhi potensi genetik tanaman obat sehingga mempengaruhi keragaman, kuantitas dan kualitas bahan baku tanaman obat. Maka dari itu perlu dilakukan studi untuk melihat keragaman karakter agronomi tanaman kumis kucing dan kandungan sinensetinnya. Dalam skala produksi, kumis kucing dikemas dalam bentuk kering yang sering disebut simplisia. Di Indonesia sendiri budidaya kumis kucing masih dalam skala ekstensif, sehingga produksinya cukup rendah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

         Annisa Melati Priyanto Putri

0 komentar:

Posting Komentar